Jakarta, Ruangpers.com – Baru-baru ini heboh curhat wanita yang mengaku kecewa lantaran merasa dikhianati dan ditipu suami sendiri. Wanita berprofesi polisi itu terkejut ketika suami belakangan diketahui memiliki anak dari wanita lain yang juga sudah menikah.
“Layangan putus versi ASN protokoler. Perkenalan nama saya suci, di sini saya ingin meminta keadilan karena saya merasa telah ditipu oleh laki-laki yang menikahi saya pada tanggal 21 Nov 2021,” ungkap wanita dalam akun Twitter @SuciDarma96.
Suci tidak menyangka jika suami yang mulanya dikenal sopan, baik, dan taat agama, berani mengkhianatinya.
“DKM menikahi saya hanya untuk menutupi aibnya yg berselingkuh dengan istri orang. Pada saat menikah DKM mengaku sebagai seorang jejaka, tetapi pada kenyataannya DKM memiliki anak dari istri orang yg kita sebut saja W. Anak mereka sdh berusia 4 tahun lebih saat ini,” tutur Suci.
Psikolog klinis Anastasia Sari Dewi, founder dari pusat konsultasi Anastasia and Associate sempat menjelaskan sulit untuk menebak perilaku pasangan yang memiliki kebiasaan selingkuh. Namun, ada beberapa tanda yang bisa menjadi perhatian awal.
Salah satunya, jika gaya bahasa dan kebiasaan pasangan mendadak berubah.
“Adakah perubahan dari yang kita kenal? Apakah cukup gelisah saat ditanya sesuatu, kecenderungan berbohong, gaya bahasa tubuh saat berbohong kita bisa sedikit-banyak rasakan walau tanda-tanda secara spesifik orang-orang awam tidak terbiasa melihat,” beber Sari dalam wawancara bersama detikcom beberapa waktu lalu.
Namun, ia mengimbau agar selalu berhati-hati dalam menilai sehingga terhindar dari kesan menuduh pasangan berselingkuh. Terlebih, pada beberapa kasus pasangan selingkuh tidak ada tanda apapun yang mencurigakan dalam suatu hubungan.
Sari berpesan, pasangan harus mengantongi bukti yang cukup kuat untuk kemudian membicarakan kemungkinan perselingkuhan.
“Harus kita pantau tapi tidak menutup kemungkinan banyak juga saya terima klien weekend selalu sama keluarganya, tetapi weekday sama selingkuhannya, itu banyak sekali. Jadi tanda-tanda ini cenderung abu-abu, Tanda-tanda ini cenderung kompleks sekali setiap orang,” ujar Sari.
“Usahakan untuk tidak langsung meledak, melainkan cari solusi dulu, mengajak bicara jika dibutuhkan libatkan pihak ketiga supaya bisa lihat sudut pandang masing-masing menyeluruh, nggak saling berdebat, potong-memotong kata-kata itu yang ada semakin tidak baik kondisinya,” ujar Sari.
Sumber : detik.com