Pematangsiantar, Ruangpers.com – Mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Seikou Education tidak lah segampang membalikkan telapak tangan.
Karena banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Risman Situmorang, selaku pendiri LPK Seikou Education yang berkantor pusat di jalan Melanthon Siregar No 222, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Siantar Marihat.
Kepada Ruangpers.com, Risman bercerita banyak, bagaimana soal ketertarikannya dalam mendirikan LPK tersebut dan termasuk soal suka dukanya.
Diungkapkan Risman, awalnya dia memang sangat berminat dapat kerja di Jepang dan hal itu muncul saat dirinya masih duduk di bangku STM yang sekarang menjadi SMK.
“Saya dulu sekolah di STM HKBP, angkatan tahun 1998 dan lulus tahun 2001. Dan waktu itu, saya sudah termotivasi dapat kerja di Jepang. Karena dulu, sering orang Jepang datang ke sekolah dan juga ada pelajaran bahasa Jepang,”ungkapnya kepada Ruangpers.com, Selasa (9/2/2021).
Bahkan kata Risman, dirinya juga sudah pernah ikuti lomba bahasa Jepang, mewakili Siantar – Simalungun di tingkat Provinsi Sumatera Utara dan dari 12 peserta, dia masuk 7 besar.
Lanjut suami dari boru Sinaga ini, begitu lulus dari STM HKBP, dia sempat kerja di Indorayon dan tak lama di sana, ia merantau ke Kota Medan dan sempat kuliah di Politeknik USU. Dan selama kuliah di Medan, Risman tidak memberitahukannya kepada orangtuanya dan hal itu sengaja dirahasiakannya.
Dan saat lagi kuliah pada tahun 2005, Risman melihat ada orang lewat dari kampusnya, dan baris – berbaris. Ternyata, mereka adalah calon tenaga kerja magang yang akan dikirim ke Jepang oleh pihak Kementerian Tenaga Kerja. “Saya pun langsung bersemangat dan muncul niat untuk mendaftar karena sudah lama saya mimpikan, biar dapat kerja ke Jepang,”ujarnya.
Ayah dari tiga anak ini langsung ikut mendaftar, namun tidak langsung mulus. Dia tetap menghadapi kendala saat itu. Risman kesulitan dalam keuangan. Karena saat ikuti tes medical check up (Tes Kesehatan) yang dipusatkan di Kesdam I/BB, ada biaya sebesar Rp500 ribu yang wajib dibayar peserta. Dan pada saat itu, uang Risman sudah habis untuk biaya kuliahnya dan biaya selama di Medan.
Dengan bersusah payah, dia mencari uang tersebut. Apalagi, panitia telah mewarningnya, pukul 12.00 WIB, uang itu harus ada kalau tidak langsung dinyatakan gugur.
Risman berupaya mencarinya dan akhirnya meminta tolong dengan tulangnya (paman,red) yang ada di Medan. Setelah bertemu dengan pamannya, bukannya langsung dikasih. Penuturan Risman, tulangnya takut mengasih uang tersebut. Tulangnya takut dengan penipuan karena banyak kabar miring tentang pengiriman tenaga kerja yang didengarnya.
Dan uang itu akhirnya diberikan tulangnya, setelah ada saudara dari Risman, meyakinkan tulangnya itu, bahwa rekrutmen tenaga kerja magang itu resmi dari Pemerintah, apalagi sudah ada keluarga dekat mereka yang sudah bekerja di Jepang.

Risman pun merasa lega karena tulangnya akhirnya memberikan uang tersebut dan akhirnya dibayarkan kepada panitia dengan tepat waktu. Hingga akhirnya, Risman bekerja di Jepang dan dikontrak selama 3 tahun, mulai tahun 2006 hingga tahun 2009.
Saat di Jepang, Risman bekerja di pabrik pengecoran alumunium. Dan selama di sana, Risman juga masih menimbah ilmu. Dia les bahasa Jepang karena di tahun pertama kerja, waktunya masih longgar, namun di tahun kedua, dia harus lembur sehingga tidak punya waktu lagi.
Bahkan, Risma Situmorang juga berhasil meraih sertifikat level 3 yang ilmunya setara dengan pasca sarjana atau S2. Dan sertifikat itu, langsung dikeluarkan Pemerintah Jepang setelah dia berhasil mengikuti ujian.
Tiga tahun tak terasa, kontrak kerja Risman pun berakhir dan dia pulang ke Indonesia. Dan saat itu, dia mendapatkan pesangon sebesar Rp70 juta yang diharapkan dijadikan modal usaha.
Dan saat di Indonesia, Risman juga mendapat tawaran agar untuk jadi tenaga pendidik di lembaga pelatihan milik pemerintah. Namun dengan pertimbangan teman – temannya, tawaran itu pun tidak diterimanya.
Sebelum akhirnya mendirikan LPK Seikou Education, Risman bersama 2 orang temannya, juga sempat mendirikan LPK Minori yang artinya berbuah di Medan, pada tahun 2009 – tahun 2012. Namun Risman akhirnya keluar dan mencabut sahamnya dari LPK tersebut, pada tahun 2012 karena fokus untuk membina rumah tangga.
Risman juga mengatakan, kalau LPK Seikou Education ini pertama kali berdiri di Kota Sibolga karena saat itu, mereka tinggal di sana dan istrinya yang merupakan pegawai perpajakan juga kerja di Sibolga.
“Makanya yang buat bantu buat ijin pendirian LPK ini, yaitu notaris Sibolga,”ujarnya.
LPK Seikou Education akhirnya beraktivitas di Kota Pematangsiantar pada tahun 2016 lalu, saat istrinya di tempatkan di Kota Pematangsiantar atau setelah lulus S2 dari USU dan Risman pun lulus S1 dari Darma Agung Medan.
Awalnya, LPK ini masih menumpang di SMK Cinta Rakyat dan seiring berjalannya waktu, LPK Seikou Education ini, berpusat di jalan Melanthon Siregar No 222, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Siantar Marihat dan telah mengantongi ijin dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, No : 560-P3TK/189/D-STK/2016.
Sementara arti LPK Seikou Education ini, Risman menggabungkan antara bahasa Jepang dengan bahasa Inggris. Dimana “Seikou” yang merupakan bahasa Jepang, artinya sukses atau berhasil. Sedangkan “Education” dari bahasa Inggris yang artinya pendidikan.
Dan untuk saat ini, LPK yang menghasilkan sumber daya manusia (SDM) handal untuk magang ke Jepang ini, memiliki 63 orang siswa dan dilatih 5 orang guru yang berpengalaman.
LPK Seikou Education ini memiliki kerjasama dengan Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) dan juga dengan pihak swasta yaitu Iroha. Dan juga ada program perawat (BNP2 TKI), program Tokutei Ginou (Tenaga Keahlian), program beasiswa atau kuliah ke Jepang dan kursus ujian kemampuan bahasa Jepang.
“Dan terhitung mulai tahun 2017 hingga tahun 2019, LPK Seikou Education ini telah memberangkatkan 68 orang untuk magang kerja di Jepang,”ujar Risman yang berdomisili di jalan Bahkora II Bawah Suka Samosir.
(red)