Jakarta, Ruangpers.com – Harga semua jenis cabai turun signifikan. Petani dan pedagang mengatakan penyebab dari penurunan itu karena seiring melimpahnya cabai hasil panen raya.
Namun, penurunan ini berdampak buruk kepada petani karena biaya produksi cabai telah meningkat. Berikut fakta-fakta harga cabai turun hingga biang keroknya.
1.Harga Cabai Merosot
Ketua Umum DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri mengatakan, harga cabai semua turun meskipun belum mencapai harga normal.
Ia menyebut harga cabai rawit hijau turun Rp 5.000/kg menjadi Rp 35.000/kg dari Rp 40.000/kg. Kemudian harga cabai rawit merah masih di kisaran Rp 50.000/kg, cabai merah keriting Rp 50.000/kg, dan cabai merah besar Rp 51.000/kg.
“Ini sebenarnya belum dalam posisi normal ya, kalau normalnya (harga cabai) kan di kisaran Rp 33.000/kg sampai Rp 34.000/kg. Tapi kalau hingga Rp 11.000/kg sih nggak ya, paling Rp 5.000/kg (turunnya),” jelasnya kepada detikcom, Senin (31/10/2022).
Sementara berdasarkan data dari Informasi Pangan Jakarta per 31 Oktober 2022, harga semua jenis cabai kompak turun. Harga cabai keriting turun Rp 2.796/kg menjadi rata-rata Rp 48.312/kg
Kemudian, harga cabai merah besar (TW) turun Rp 1.278/kg menjadi rata-rata Rp 50.419/kg, cabai rawit merah turun Rp 3.813/kg menjadi Rp 46.968/kg, dan cabai rawit hijau turun Rp 11.913/kg menjadi rata-rata Rp 34.000/kg.
2.Biang Kerok Harga Cabai Turun
Menurutnya, penurunan harga cabai ini karena tingginya pasokan cabai di tangan pedagang. Sementara permintaan saat ini tidak banyak.
“Pasokan banyak, jadi bayangkan pedagang itu dua hari lalu baru stok, belum habis barang masuk lagi, ya harga jadi turun drastis,” ujarnya.
Dari sisi petani, juga demikian bahwa penurunan harga cabai seiring dengan tengah masa panen yang berlangsung. hal itu dikatakan oleh Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid.
“Harga cabai relatif turun, karena memang ini panen raya. Pengertian kami kan harga normal itu Rp 40.000/kg sampai Rp 60.000/kg, kalau di atas itu tinggi, kalau di bawah Rp 40.000/kg rendah, nah sekarang rendah,” katanya kepada detikcom.
3.Petani Rugi
Namun di sisi lain petani juga khawatir akan rugi karena saat ini biaya produksi telah meningkat akibat tingginya harga pupuk dan obat-obatan untuk tanaman.
“Biaya produksi tinggi, pupuk kan mahal, pengobatan itu obat-obatan juga mahal. Kalau sekarang sih belum rugi, karena kan sudah menikmati, tapi kalau begini terus ya rugi juga akhirnya,” lanjutnya.
4.Akhir Tahun Harga Cabai Bisa Naik
Hamid memprediksi pada bulan Desember 2022 harga cabai akan meroket lagi. Sementara penurunan harga cabai saat ini diproyeksi hanya sampai akhir November.
“Kita khawatirnya setelah (November) ini. Panen kan banyak daerah yang banjir, hujan. Harga cabai turun signifikan ini diprediksi sampai pertengahan atau akhir November,” jelasnya.
Meskipun menurut Hamid harga cabai tidak akan naik hingga mencapai Rp 100.000 per kilogram (kg) pada akhir tahun. Tetapi jika cuaca buruk terus berlangsung, dikhawatirkan banyak hama penyakit pada pertanian cabai, karena itu harga akan naik tinggi.
“Asumsinya sih nggak sampai ya. Tergantung tapi kalau banyak penyakitnya itu yang kita khawatirkan, sekarang kan banyak daerah yang hujan, banjir kalau sekarang banjir ini kan repot,” ujarnya.
Apalagi, sekarang ini menurutnya periode panen raya tidak lagi panjang. Hal itu disebabkan karena tanah pertanian yang tak lagi sehat dan menyebabkan tanaman mati.
“Sekarang ini panen raya nggak panjang, karena banyak hasil petani ini cepat mati-mati, tanah kita ini kan sudah nggak sehat ya, ya sudah lama juga mengandalkan pupuk saja,” jelasnya.
Untuk menghindari anjlok dan naiknya harga cabai, petani berharap ada kemitraan yang dibentuk pemerintah pada produksi cabai dari hulu ke hilir. Selain itu diharapkan juga ada pelatihan bagi petani cabai.
“Kalau harapannya ada kemitraan dibangun di hulu, dibangun budi dayanya yang bagus gimana ke petani, dilatih produksinya. Itu harapannya,” pungkasnya.
Sumber : detik.com