Medan, Ruangpers.com – Cerita si Buyung Besar akan dibahas dalam artikel ini. Si Buyung Besar ini masih masuk kategori cerita rakyat dari Sumatera Utara.
Dalam sebuah cerita disebutkan jika ada suami istri hidup rukun dan memiliki satu orang anak. Uniknya anak yang lahir ini memiliki pertumbuhan yang lebih dibanding anak-anak seusianya.
Kedua orang tua itu pun menyebut anaknya si Buyung Besar. Semasa kecil Buyung Besar rupanya senang bermain di atas pohon dengan kapak kecilnya. Dia bahkan kerap bersenandung ‘Tak ada paksa dicari-cari; ada paksa dibuang-buang’.
Cerita Si Buyung Besar
Lantunan lirik itu pun membuat kedua orang tuanya heran hingga menanyakan arti lagu itu. Usia Buyung Besar yang mulai beranjak pun akhirnya dititipan ke Datuk Penghulu. Harapannya agar si Buyung Besar dapat bimbingan.
Sama seperti orang tua Buyung Besar, Datuk Penghulu pun penasaran dengan arti lagu yang kerap dilontarkan Buyung Besar. Saat usai Buyung Besar mulai dewasa, dia pun ditawarkan untuk berniaga oleh Datuk Penghulu.
Buyung Besar bersedia dengan syarat dibuatkan kapal untuk berlayar. Saat mulai berdagang, Buyung Besar menemukan sebuah pulau dan menawarkan buah kelapa dagangannya.
Buyung Besa Gratiskan Dagangan
“Terang siapa yang ingin mengerjakan buah kelapa ini, saya berikan. Minyak kelapanya ambillah untuk kalian. Sabut-sabut dan tempurungnya isikanlah kembali ke dalam kapal hamba,” kata Buyung Besar.
Namun, rupanya tak seorang pun membeli. Buyung Besar malah memberikan itu secara cuma-cuma hingga mendapatkan ucapan terima kasih dari warga.
Datuk Penghulu tidak berasa marah atas tindakan Buyung Besar hingga menawarkan kembali untuk berlayar. Muatan kali ini padi.
Lagi-lagi, Buyung Besar memberikan padi itu secara cuma-cuma dengan syarat kulit padinya dikembalikan. Lagi-lagi Datuk Penghulu tak marah malah kembali menyuruh Buyung Besar berlayar.
Penemuan Pulau dengan Tumpukan Emas
Hingga saat pelayaran mendadak kapal dan awaknya melihat cahaya di sebuah pulau. Kapal pun mendekat ke lokasi tersebut hingga menemukan pulau dengan tumpukan emas.
Saat para awak mengemasi rupanya kapak kesayangan Buyung Besar jatuh ke laut. Dia pun menyelam untuk mengambil kapal itu. Namun, matanya dikagetkan dengan penampakan istana bawah laut.
“Wahai Tuan yang sedang berjaga-jaga, saya ini bernama Buyung Besar dari dunia. Saya datang kemari untuk mencari kapak saya yang jatuh ke dasar laut ini. Tahukah Tuan siapa yang mendapatnya? Saya bersedia menebusnya dengan apa saja,” katanya.
Rupanya kapak itu ditemukan putri kerajaan laut tersebut. Sang putri bersedia memberikan kapak tersebut asal Buyung Besar mau menikahinya. Keduanya pun akhirnya menikah hingga diadakan pesta selama 40 hari.
Tak berapa lama, Buyung Besar rupanya berniat untuk kembali ke dunianya. Dia pun mengajak sang istri untuk naik ke daratan. Awak kapal yang melihat itu pun kaget lantaran Buyung Besar keluar dengan gadis cantik.
Mereka pun akhirnya kembali ke kampung halaman.
Sang Istri Diminta Datuk Penghulu
Namun, siapa sangka Datuk Penghulu rupanya tidak tertarik dengan emas yang dibawa Buyung Besar. Dia menginginkan istri Buyung Besar.
“Usulan pembagian keuntungan itu tak dapat kuterima. Akulah yang memutuskannya. Kapal emas dan peti emas kuserahkan padamu, sedangkan usterimu itu hendaknya kau serahkan kepadaku,” kata Datuk Penghulu.
Nahas, Buyung Besar tak bisa menolak permintaan itu hingga menyerahkan istrinya. Hingga tiba saatnya Datuk Penghulu akan menikahi sang putri namun tak bisa melafalkan akad dengan sempurna.
Dipersatukan dengan Sang Istri
Hingga Buyung Besar pun dipanggil warga untuk menyembuhkan Datuk Penghulu yang saat itu sampai tak sadarkan diri. Begitu Buyung Besar menyentuh kepala Datuk Penghulu pun mulai sadar. Buyung Besar pun akhirnya diminta untuk menikahi sang putri.
Buyung Besar pun didapuk menjadi Datuk hingga rakyatnya makmur. Itulah cerita si Buyung Besar yang mengisahkan pengorbanan berbuah manis.
Sumber : iNews.id