Medan, Ruangpers.com – Suku Batak Toba merupakan salah satu suku terbesar di Sumatera Utara (Sumut) yang memiliki beragam kebudayaan. Salah satunya adalah ritual mangalap tondi yang sudah dilakukan sejak dahulu oleh para leluhur masyarakat Batak Toba.
Lantas apa itu ritual mangalap tondi suku Batak Toba? Berikut detikSumut rangkum penjelasannya, simak yuk.
Mengenal Ritual Mangalap Tondi
Dilansir dari Jurnal Sekolah Tinggi Teologi Abdi Sabda Medan berjudul Tinjauan Dogmatis Terhadap Pemahaman Jemaat GKPA Bungabondar Resort Bungabondar Tentang Mangalap Tondi oleh Eben Ezer Matondang dan Pardomuan Munthe, mangalap tondi merupakan salah satu ritual yang dilakukan oleh masyarakat suku Batak Toba.
Ritual ini sudah dilakukan sejak dahulu sebelum agama Kristen masuk ke tanah Batak. Pada masa itu, para leluhur masih menganut agama suku yang percaya kepada Debata Mula Jadi Nabolon.
Ritual mangalap tondi berasal dari dua kata yaitu mangalap dan tondi. Mangalap memiliki arti menjemput sedangkan tondi merupakan roh. Jadi, mangalap tondi adalah memanggil atau menjemput roh.
Menurut pemahaman leluhur, tondi yang sudah keluar dari dalam diri manusia menjadikan manusia itu menderita. Oleh karena itu, dilakukan ritual mangalap tondi dengan harapan bahwa tondi yang sedang mengelana mendengar panggilan dan akan datang kembali menempati tubuh orang yang menderita kehilangan tondi.
Tondi yang menghilang senantiasa memohon dengan hormat untuk kembali ke rumah dan parbue yakni beras sipir ni tondi yang ditaburkan di atas kepala orang kehilangan tondi dan diadakan upacara perjamuan yang biasanya dilakukan oleh datu (orang pintar).
Proses Pelaksanaan Ritual Mangalap Tondi
Dirujuk dari Jurnal Basataka berjudul Ritual Mangalap Tondi pada Etnik Batak Toba Kajian Semiotika Budaya oleh Desima Natalia Silaban dan Herlina Herlina, dalam kehidupan suku Batak Toba, ritual mangalap tondi biasanya dilakukan dalam dua kondisi yakni saat sakit dan kondisi sudah meninggal. Berikut proses pelaksanaan ritual mangalap tondi.
1.Manunghun datu (bertanya kepada “orang pintar”).
2.Mamulung pulungan (mengumpulkan apa yang dikatakan datu).
3.Borhat tu inganan hadabuan (berangkat ke tempat kejadian).
4.Mameakhon parlalealean (meletakkan tanda pertemanan).
5.Manghisik (mengguncang).
6.Manunghun na di jabu (bertanya kepada yang di rumah).
7.Manuhat boras (menakar beras).
8.Mangalompa upa-upa (memasak upa-upa).
9.Mangupa-upa (memberi berkat).
Proses pelaksanaan ritual mangalap tondi di antara dua kondisi tersebut hampir sama. Pembeda antara keduanya ada pada proses manuhat boras.
Pada kondisi sakit, beras yang digunakan harus ditakar lagi, sedangkan mangalap tondi pada kondisi sudah meninggal boras yang digunakan langsung dimasukkan ke dalam peti orang yang sudah meninggal dan tidak ditakar lagi.
Sumber : detik.com