Samosir, Ruangpers.com – Boneka kayu Sigale-gale di Tomok, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara (Sumut) memiliki kisah yang cukup pilu di baliknya. Salah satu kisahnya, boneka tersebut dibuat untuk menghibur Raja Rahat yang kehilangan anak semata wayang.
Dikutip dari website indonesia.go.id, tatapan boneka Sigale-gale terlihat kosong. Di bahunya terdapat ulos yang merupakan tenun khas suku Batak.
“Rupanya sepintas mirip manusia dewasa dengan mata memancarkan tatapan kosong tanpa makna. Pada bahu dari tubuh yang mematung itu tersampir ulos, kain tenun khas suku Batak. Rambut pirangnya tersemat sortali, semacam penutup kepala. Ketika suara tabuhan musik dari gondang, kendang besar bertabung panjang, mulai dimainkan, tiba-tiba saja tubuh kaku tadi mulai bergerak mengikuti irama musik,” demikian tertulis di laman yang dilihat, Kamis (9/5/2024).
Sigale-gale sendiri berasal dari kata gale yang dalam bahasa Batak Toba artinya adalah lemah gemulai. Agar mampu berdiri tegak, Sigale-gale diletakkan pada sebuah podium kayu persegi panjang.
Fungsi dari podium kayu itu adalah sebagai lorong perlintasan jalinan tali yang dapat membuat boneka kayu ini bergerak seolah-olah sedang menari. Tarian tersebut akan diiringi oleh musik.
Boneka Sigale-gale akan digerakkan oleh dalang dengan tali-temali tadi supaya bisa bergerak luwes. Bak sistem syaraf dan sendi tubuh pada manusia, tali-tali tadi menghubungkan bagian badan Sigale-gale mulai kepala, leher, lengan, dan telapak tangannya.
Jalinan tali tadi yang sepintas tampak rumit, tersamarkan posisinya oleh pakaian adat Batak Toba yang dikenakan Sigale-gale serta podium kayu. Sigale-gale biasanya diiringi oleh tarian tor-tor yang salah satu ciri khas gerakannya adalah menelungkupkan kedua telapak tangan ke arah dada dan digerakkan naik turun ke depan berulang-ulang.
Dalam Kamus Budaya Batak Toba karya MA Marbun dan IMT Hutapea, Sigale-gale selalu dimainkan bersama musik gondang dan iringan tari tor-tor saat upacara papurpur sapata. Seperti halnya ritual tolak bala, papurpur sapata ini dimainkan ketika ada kematian dan bertujuan agar keluarga atau kerabat yang ditinggalkan selalu terhibur atau sebagai pelipur lara.
Kisah Sigale-gale
Dalam buku Sigale-gale: Dongeng Rakyat Tapanuli, Rayani Sriwidodo mengatakan jika boneka kayu dibuat dan dimainkan jika ada yang meninggal tidak memiliki keturunan. Awalnya kehadiran Sigale-gale sebagai sebuah cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun dan telah mengakar bersama masyarakat Batak sebagai sebuah kearifan lokal.
Bagi masyarakat Danau Toba, Sigale-gale identik dengan kisah mengenang Manggale, sosok yang sangat dihormati karena memiliki kehebatan dalam memimpin perang. Manggale merupakan anak laki-laki satu-satunya dari Raja Rahat, penguasa Samosir.
Suatu hari, Manggale diutus sang ayah untuk mengusir tentara dari kerajaan tetangga. Tapi Manggale tewas di medan pertempuran dan membuat Raja Rahat merasa kehilangan yang luar biasa.
Seluruh rakyat turut bersedih atas gugurnya pewaris tahta Raja Rahat. Oleh karena itu dicarilah pemahat terbaik di kerajaan untuk membuat patung kayu yang ciri-cirinya dibuat mirip dengan Manggale.
Bahkan, roh Manggale pun disisipkan ke dalam patung yang dinamai Sigale-gale. Sehingga ketika Raja Rahat rindu kepada Manggale, dia akan mengajak si patung menari tor-tor dan kegiatan itu juga akan diikuti oleh seluruh rakyatnya, demi mengenang Manggale.
Sampai hari ini tidak diketahui dengan pasti kapan seni pertunjukan Sigale-gale itu dimulai di Pulau Samosir.
Sedangkan Sandy Situmorang dalam Seri Pengenalan Budaya Nusantara: Misteri Patung Sigale-gale disebutkan bahwa patung itu sebetulnya pertama kali dibuat oleh Raja Gayus Rumahorbo yang bermukim di Desa Garoga dekat Tomok pada 1930. Hebatnya, boneka Sigale-gale buatan Raja Gayus saat itu bisa mengeluarkan air mata dan dapat mengusapkan ulos yang disandang di bahunya.
Meskipun demikian, apa pun ceritanya, boneka Sigale-gale telah memberi warna tersendiri bagi perkembangan seni dan tradisi masyarakat di kawasan Danau Toba, khususnya di Desa Tomok, Samosir, dan selalu dipertunjukkan dalam setiap kunjungan wisatawan dan pesta budaya setempat.
Sumber : detik.com
‘