Jakarta, Ruangpers.com – Tujuan Taliban menguasai Afghanistan mulai dipertanyakan banyak pihak. Diketahui Taliban kini sudah berhasil merebut ibu kota Kabul, hingga pemerintahan Presiden Ashraf Ghani dan jajarannya angkat kaki.
Di bawah kekuasaannya, Taliban berjanji untuk tidak melakukan balas dendam terhadap lawan-lawan mereka di Afghanistan. Pihaknya juga berjanji akan membangun rezim yang ‘berbeda’ dari masa kepemimpinan Taliban pada 1996-2001, yang terkenal dengan kematian rajam dan melarang perempuan bekerja dengan laki-laki.
Siapa Taliban?
Sebelum mengetahui tujuan Taliban menguasai Afghanistan, ada baiknya mengenal soal siapa Taliban. Seperti dilansir ABC News, Rabu (18/8/2021), Taliban atau yang diartikan sebagai “mahasiswa” dalam bahasa Indonesia diyakini merupakan kelompok ekstremis Islam di Afghanistan.
Taliban disebut ingin menerapkan interpretasi ketat terhadap hukum agama di Afghanistan. Kelompok ini berawal dari pejuang Mujahidin yang didukung Amerika Serikat, gerilyawan Islam fundamentalis, yang memerangi Uni Soviet di Afghanistan pada 1970-an dan 1980-an.
Taliban mulai melakukan perebutan wilayah di Afghanistan pada 1990-an. Pada 1996, Taliban berhasil menguasai Kabul dan sejak saat itu menguasai Afghanistan dan melakukan berbagai tindakan brutal membantai lawan-lawannya, bersekutu dengan kelompok teroris, menindas hak-hak perempuan, menerapkan hukuman kejam, termasuk menghancurkan situs kuno.
Setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat, koalisi negara-negara barat melakukan invasi untuk menggulingkan rezim Taliban. Namun Taliban masih bertahan dengan mengendalikan daerah pedalaman dan meraih dukungan dari penduduk setempat, terutama dari etnis Pashtun di selatan dan timur negara itu.
Pasca negara-negara Barat memutuskan menarik pasukan mereka dari Afghanistan beberapa bulan terakhir, Taliban mulai kembali melancarkan serangannya hingga kini berhasil menguasai Kabul kembali.
Tujuan Taliban Menguasai Afghanistan di Masa Lalu
Seperti dilansir ABC News, saat Taliban menguasai Afghanistan pada 1996-2001, Taliban memberlakukan berbagai hukum Islam esktrem bagi para warganya. Salah satunya terhadap perempuan, mulai dari larangan keluar rumah tanpa muhrimnya, diharuskan mengenakan burqa yang menutup wajah hingga ujung kaki, dilarang bekerja dan anak perempuan dilarang mengenyam pendidikan.
Tak hanya itu, musik dan televisi yang tidak sesuai dengan ajaran islam dilarang. Hukuman fisik seperti potong tangan bagi pencuri, hukum cambuk dan rajam sampai mati di depan umum bagi orang yang melakukan perzinahan juga diberlakukan. Taliban juga menghancurkan patung Budha Bamiyan yang berusia 1.500 tahun, yang dianggap musyrik.
Tuduhan negara-negara Barat kembali mengarah pada Taliban awal tahun 2021 lalu. Namun hal itu dibantah di mana Taliban mengaku hanya ingin menerapkan “sistem pemerintahan Islam yang murni” untuk Afghanistan, termasuk bagi hak-hak perempuan dan kaum minoritas dan menyebut hukum harus sesuai dengan tradisi budaya dan aturan agama.
Tujuan Taliban Menguasai Afghanistan Masa Kini
Penegasan soal ‘gaya berbeda’ kepemimpinan Taliban saat ini disampaikan lagi oleh juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid. Pihaknya mengatakan rezim baru akan berbeda dan lebih positif di banding kepemimpinan Taliban di masa lalu.
“Kalau soal ideologi, keyakinan, tidak ada bedanya, tapi kalau kita hitung berdasarkan pengalaman, kedewasaan, dan wawasan, pasti banyak perbedaannya,” kata Mujahid, seperti dilansir AFP, Rabu (18/8/2021)
“Semua yang berseberangan diampuni dari A sampai Z. Kami tidak akan membalas dendam,” sambungnya.
Mujahid menyampaikan pemerintahan baru akan segera dibentuk. Taliban akan terhubung dengan semua pihak dan berkomitmen untuk membiarkan perempuan bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Meski begitu, pihaknya tak menjelaskan secara spesifik aturan seperti apa yang akan disusun dalam pemerintahan baru Taliban di tanah Afghanistan.
Sumber : detik.com