Pendidikan

Apakah Pandemi COVID-19 Akan Berakhir? Ini Kata Ilmuwan

Jakarta, Ruangpers.com – Sejak pandemi COVID-19 melanda, seluruh dunia berjibaku melawan virus SARS-CoV-2. Sudah satu tahun lebih kita berjuang, dan terkadang harapan muncul dan tenggelam. Apakah kita bisa membasmi pandemi COVID-19?

Jika melihat vaksinasi yang belum merata, munculnya varian baru yang berbahaya, rasanya bisa kembali hidup “normal” seperti sebelum pandemi COVID-19 masih jauh dari angan-angan. Namun para ilmuwan dengan ilmu dan keahlian mereka, optimistis COVID-19 bisa dibasmi dan pandemi berakhir.

Analisis terbaru yang dilakukan para ilmuwan dari Selandia Baru menunjukkan bahwa kita tidak boleh putus asa. Dalam meta-analisis studi sebelumnya, dan melihat perbandingannya dengan cacar dan polio, tim menunjukkan bahwa pemberantasan COVID-19 masih mungkin dilakukan, bahkan meski hal itu tidak mudah.

“Apakah COVID-19 juga berpotensi dapat diberantas? Atau apakah itu pasti menjadi endemik setelah menyebarkan dirinya di seluruh dunia? Meskipun analisis kami adalah upaya awal, dengan berbagai komponen subjektif, tampaknya hal itu menempatkan pemberantasan COVID-19 menjadi hal yang mungkin, terutama dalam hal kelayakan secara teknis,” tulis para peneliti.

Mereka menyebutkan, meskipun pada skala dunia SARS-CoV-2 terlihat sangat kuat bertahan, dalam skala kecil, beberapa negara dan wilayah telah berhasil menghilangkan virus tersebut, bahkan ada yang tanpa vaksinasi.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Negara-negara besar seperti China, Hong Kong, dan yang lebih kecil seperti Islandia dan Selandia Baru, berhasil menghilangkan sementara virus tersebut sebelum vaksin dirilis, dengan memperkatat kontrol perbatasan, pemakaian masker, mematuhi jarak fisik, pengujian, dan pelacakan kontak dengan maksimal.

Membasmi penyakit di zaman dulu

“Manusia punya catatan sejarah pernah berhasil membasmi setidaknya satu penyakit manusia seperti cacar. Manusia hidup berdampingan dengan cacar selama 3.000 tahun sebelum kampanye vaksin di seluruh dunia berhasil memusnahkannya di tahun 70-an,” kata para peneliti.

Polio adalah salah satu kisah sukses vaksinasi dan (hampir)pemberantasan. Dua dari tiga serotipe virus polio telah diberantas secara global, dan kasus virus polio liar menurun 99% dari tahun 1988 hingga 2018 .

Jadi, bisakah kita melakukan hal yang sama dengan COVID-19? Dalam studi tersebut, tim menciptakan sistem penilaian tiga poin untuk 17 variabel eliminasi, seperti ketersediaan vaksin yang aman dan efektif, masa hidup kekebalan, dampak tindakan kesehatan masyarakat, dan manajemen pemerintah yang efektif dari pesan pengendalian infeksi.

Melihat variabel-variabel ini, mereka menemukan bahwa COVID-19 mencetak 28 poin dari 51, lebih tinggi jika dibandingkan dengan polio yang skornya 26 dari 51.

Ini berarti, untuk semua variabel itu, kita memang tidak melihat skor sempurna, namun ada banyak elemen yang kita butuhkan untuk dapat mempertimbangkan pemberantasan penyakit sebagai indikator layak.

“Dalam analisis yang sangat awal ini, pemberantasan COVID-19 tampaknya sedikit lebih layak daripada polio, tetapi jauh lebih kecil daripada cacar,” tim menyimpulkan.

Artinya, tujuan pemberantasan COVID-19 memang akan jauh lebih sulit daripada cacar, tetapi tidak sepenuhnya mustahil. Tim menjelaskan bahwa pasti ada tantangan teknis untuk membasmi COVID-19 yang dulu tidak berpengaruh pada polio dan cacar. Misalnya, keragu-raguan masyarakat akan vaksin, dan evolusi cepat varian virus yang dapat mengalahkan program vaksin global.

Selain itu ada juga faktor biaya yang tinggi untuk melaksanakan program vaksinasi dan meningkatkan sistem perawatan kesehatan, ditambah lagi keberadaan hewan liar (atau domestik) yang berfungsi sebagai reservoir yang memungkinkan virus bermutasi lebih lanjut.

“Peningkatan sistem kesehatan untuk memfasilitasi pemberantasan COVID-19 juga dapat memiliki manfaat tambahan yang besar untuk mengendalikan penyakit lain. Secara kolektif faktor-faktor ini mungkin berarti bahwa analisis ‘nilai yang diharapkan’ pada akhirnya dapat memperkirakan bahwa manfaatnya lebih besar dibandingkan biaya atau usaha yang dikeluarkan, bahkan jika pemberantasan membutuhkan waktu bertahun-tahun dan memiliki risiko kegagalan yang signifikan,” tutup mereka.

 

Sumber : detik.com

 

Ruangpers.com

Leave a Comment

Recent Posts

Terkait Bantuan Bencana di Desa Simangulampe, Berikut Penjelasan Kadis Sosial Humbahas

Humbahas, Ruangpers.com  - Terkait bantuan bencana di Desa Simangulampe yang katanya belum dibagikan kepada masyarakat…

15 jam ago

Polres Pematangsiantar Hadiri Penanaman Pohon di Waduk Simarimbun Perumda

Pematangsiantar, Ruangpers.com - Kapolres Pematangsiantar, AKBP Yogen Heroes Baruno SH, SIK diwakili Kasat Binmas, AKP…

16 jam ago

Main Futsal Berujung Pengeroyokan, Polsek Siantar Selatan Amankan Dua Orang Pelaku

Pematangsiantar, Ruangpers.com - Polsek Siantar Selatan berhasil mengamankan dua pelaku penganiayaan secara bersama - sama…

16 jam ago

Viral Warga di Labuhanbatu Aksi Kubur Diri Tolak PKS Beroperasi

Labuhanbatu, Ruangpers.com - Satu video yang menunjukkan warga di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara (Sumut) menggelar…

23 jam ago

Viral Aksi Heroik Driver Ojol Tangkap Pencuri Motor di Medan, Pelaku Dihajar Massa

Medan, Ruangpers.com – Video aksi heroik seorang pengemudi ojek online (ojol) di Kota Medan menangkap…

23 jam ago

Bus Pariwisata Tabrak 4 Pejalan Kaki di Toba, 2 Orang Tewas

Toba, Ruangpers.com - Satu bus pariwisata menabrak empat pejalan kaki di Kabupaten Toba, Sumatera Utara…

23 jam ago