Medan, Ruangpers.com – Jumat 7 April sekitar pukul 13:00 WIB, Sakino bergegas pulang ke rumah usai salat Jumat dari masjid dekat rumahnya di Lingkungan IV, Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Entah mengapa langkah kakinya lebih cepat berjalan dari sebelumnya menuju ke rumah.
Berjarak sekitar 10 meter dari rumah, dia mendengar suara telepon istrinya berdering, mendapat telepon dari anak bungsunya, Bunga Lestari (19), yang berada di Kota Medan.
Kemudian telepon pun diangkat sang istri.
Dari jarak ini Sakino melihat istrinya tergagap-gagap menerima panggilan.
Seketika ia langsung berlari dan merebut ponsel istrinya, lalu berbicara dengan penelepon, yang mengaku bukan Bunga, anaknya.
Lantas ia menanyakan siapa yang memegang dan menelpon melalui handphone anaknya.
Dengan nada kurang jelas si penelepon terbata-bata berbicara. Dia meminta agar keluarga Bunga Lestari (19), segera datang ke Jalan Sipirok, Kecamatan Medan Selayang.
Kata si penelepon, Bunga mengalami pendarahan hebat sehingga harus sesegera mungkin dibawa ke Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (USU) di Jalan dr Mansyur Medan.
Disini Sakino makin bingung, karena penelpon tak menjelaskan apa yang dialami anaknya.
“Bunga mengalami musibah. Pokoknya bapak datang kemari,”kata Sakino menirukan percakapan.
“Bisa datang, cuma kami jauh, di Batang Toru,”jawab Sakino.
Suasana hati Sakino dan istrinya semakin gak karuan. Karena jauh berada di Kabupaten Tapanuli Selatan, lantas dia menghubungi baesan nya di Medan untuk segera datang ke indekos anaknya tersebut.
Sementara dia dan istrinya langsung mencari mobil travel supaya bisa langsung ke Medan tanpa mengetahui pasti apa yang dialami Bunga.
Kurang lebih 1 jam kemudian, baesan atau mertua anaknya menelpon dan mengatakan sudah sampai di RS USU. Disini dokter meminta persetujuan agar anaknya bisa dioperasi.
Sementara Sakino dan istrinya juga sedang berada di dalam perjalanan menuju ke Medan dan langsung mengiyakan persetujuan melalui baesannya.
“Lalu dapat informasi dari dokter, meminta izin dilakukan operasi. Saya bilang silakan saja. Saya, minta tolong baesan urus semuanya.”
Pukul 17:00 WIB, mobil travel yang ditumpangi ayah dan ibu almarhum Bunga terus melaju.
Sepanjang perjalanan, mereka berdoa dan berharap cemas dalam hati atas nasib anak terakhirnya di rantau.
Disini mereka menerima telepon kalau anaknya akan dirujuk ke rumah sakit lain karena tingkat keparahan yang dialami.
Lantas ia pun langsung menyetujuinya.
Sekitar pukul 17:40 WIB, ia dan istrinya sampai di Tarutung.
Sopir berhenti di SPBU untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) mobil.
Saat itu handphonenya berbunyi, dia langsung bergegas merogoh kantongnya dan mengangkat telepon dari baesan nya.
Bak disambar petir.
Kabar buruk datang. Bunga dinyatakan meninggal dunia oleh dokter.
“Saya berhenti di Pom Bensin, dikasih tau kalau Bunga sudah meninggal,”ucapnya.
Mendengar kabar ini Sakino dan istrinya lemas, tak mampu berkata-kata.
Lantas mereka diminta kembali ke Tapanuli Selatan, menunggu jenazah anaknya diantar ke rumah.
Kira-kira 10 menit memutar arah jalan pulang, telepon berdering.
Ternyata jenazah Bunga tak bisa langsung dibawa pulang karena harus divisum dan autopsi.
Perasaannya semakin gak karuan ketika Polisi tak bisa memberi kepastian kapan jenazah anaknya bisa dibawa ke kampung halamannya.
“Kami komunikasi lagi supaya bisa disegerakan. Keluarga sudah kumpul di kampung. Sampai jam 3 malam, minta KTP, videokan karena ada kesepakatan.”
Bunga Lestari (19), merupakan mahasiswa Politeknik Medan. Dia menjadi korban pembunuhan yang dilakukan Muhammad Ramadhan Hasibuan (20), kuli bangunan sadis yang menghujami Bunga dengan pisau dapur pada Jumat siang.
Usai diautopsi, jenazah Bunga langsung dibawa ke kampung halamannya di Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan dan tiba pada hari Sabtu 8 April, sekitar pukul 11:00 WIB.
Suasana duka langsung menyelimuti kediaman Bunga di Lingkungan IV, Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Orang tuanya dan para tetangga langsung menagis histeris melihat kedatangan jenazah Bunga.
Setelah tiba, jenazah langsung dimandikan, disalatkan lalu dimakamkan sekitar pukul 14:00 WIB.
“Pemakaman di impres Aek Pining sekitar jam 14:00 WIB.”
Sakino mengenang, Bunga Lestari merupakan anak yang baik.
Dia dikenal pemalu dan penakut jika harus keluar rumah.
Selama di kampung, jika hendak kemana-mana pasti selalu ditemani ibu atau abangnya.
Bahkan selama Bunga di Medan selama setahun lebih.
Anak ketiga dari 3 bersaudara itu pemalu jika harus keluar dari kos.
Bunga Lestari telah dimakamkan.
Teman dan keluarganya berduka atas kehilangannya yang tragis.
Sakino berharap, pelaku bernama Muhammad Ramadhan Hasibuan (20) dihukum seberat-beratnya. Bahkan bila perlu pelaku dihukum mati.
“Saya minta pelaku segera diadili seadil-adilnya dan diberi hukuman seberat-beratnya. Kalau harus hukuman mati, harus dilakukan,”pintanya.
Sebelumnya, seorang wanita bernama Bunga Lestari (19), mahasiswi Politeknik Medan, menjadi korban pembunuhan di kamar indekosnya di jalan Sipirok, Kecamatan Medan Selayang, Jumat 7 April siang sekitar pukul 13:00 WIB.
Korban sempat dibawa ke RS Universitas Sumatera Utara, namun nyawanya tak terselamatkan. Ia mengalami 16 luka tusuk di kepala dan tubuhnya.
Polisi menangkap pelaku tak butuh waktu lama, sekitar 12 jam setelah kejadian atau tepatnya pada Sabtu 8 April, dinihari sekitar pukul 01:00 WIB.
Kapolsek Sunggal Kompol Chandra Yudha Pranata mengatakan, pelaku bernama Muhammad Ramadhan Hasibuan (20), ditangkap kediamannya, di Jalan Cinta Karya, Gang Landasan, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia.
Yudha menyebut motif pembunuhan ini didasarkan dendam pelaku terhadap korban.
Berdasarkan pengakuannya, pelaku merasa tidak terima dituduh sebagai pencuri laptop.
Antara pelaku dan korban pun saling mengenal karena pelaku pernah bekerja sebagai kuli bangunan di kos korban.
“Alhamdulillah setelah kita lakukan pengembangan, yang bersangkutan mengakui perbuatannya.
Motifnya adanya dendam. Dimana pelaku sering dikatai sebagai pencuri laptop, maling, seperti itu,”kata Kapolsek Sunggal Kompol Chandra Yudha Pranata, Sabtu (8/4/2023).
Sumber : tribunnews.com