Jakarta, Ruangpers.com – Baru-baru ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkonfirmasi adanya varian gabungan dari Delta dan Omicron. Varian ini telah terdeteksi di beberapa negara, yaitu Prancis, Denmark, dan Belanda.
Jika Benar Ada, Seberapa Bahaya Deltacron?
Peneliti di IHU Mediterranee Infection mengidentifikasi ada 17 kasus yang dikonfirmasi di Eropa dan Amerika Serikat. Hal ini juga diungkapkan oleh Philippe Colson dari IHU.
“Genom hibrida menyimpan mutasi khas dari dua galur (Delta dan Omicron),” tutur Colson yang dikutip dari laman People, Jumat (11/3/2022).
Dari studi IHU, peneliti mengatakan perlu adanya lebih banyak kasus lagi untuk bisa mengetahui secara pasti bagaimana tingkat keparahan dari varian Deltacron ini.
Sebelumnya, dalam briefing media pada Rabu (9/3/2022) lalu, pemimpin teknis COVID-19 WHO Maria Van Kerkhove mengatakan belum melihat adanya perubahan pada varian ini.
“Kami belum melihat adanya perubahan epidemiologi dengan rekombinan ini. Kami juga belum melihat adanya perubahan tingkat keparahan. Tetapi ada banyak penelitian yang sedang berlangsung,” kata Maria.
“Meski telah terdeteksi, tingkat penularan (Deltacron) sangat rendah. Sayangnya, virus ini akan mengambil peluang untuk terus menyebar,” lanjutnya.
Ditemukan Juga di California
Para peneliti di Helix, sebuah laboratorium di San Mateo, California, juga menemukan lebih dari 20 kasus positif COVID-19 gabungan Delta dan Omicron. Itu didapatkan dari hasil sampel yang diuji dari 22 November 2021 hingga 13 Februari 2022.
Sebanyak dua dari kasus yang ada mengandung kombinasi materi genetik dari kedua varian tersebut.
“Namun, fakta bahwa tidak banyak, bahkan dua kasus yang kami lihat berbeda, menunjukkan bahwa ini mungkin tidak akan meningkat ke varian yang perlu dikhawatirkan,” beber kepala Kantor Sains Helix William Lee.
William berkeyakinan varian Deltacron kemungkinan tidak akan menyebabkan banyak kasus.
“Itu hanya varian jika menghasilkan jumlah kasus yang banyak,” pungkasnya.
Sumber : detik.com