Jakarta, Ruangpers.com – Rasa takut kita, ternyata justru mengundang makhluk halus menampakkan diri. Hal ini setidaknya dibuktikan oleh orang-orang di komunitas fotografi hantu bernama Ghost Photography Community (GPC).
Di GPC, orang-orang penakut berperan penting memancing kemunculan makhluk astral saat mereka berburu penampakan hantu. Sebelum memulai perburuan, tak ada ritual khusus yang dilakukan GPC.
Biasanya 15-30 orang mengikuti kegiatan ini. Namun yang benar-benar masuk ke dalam lokasi dan melakukan perburuan foto hantu dibatasi hanya tiga orang. Sisanya berbagi tugas, misalnya ada yang bertugas menjaga di luar lokasi agar tidak terjadi gangguan.
Disebutkan Founder GPC Mickey Oxcygentri saat live streaming Eureka! dengan tema “Fotografi Hantu”, Senin (21/2), tidak semua anggota GPC berani melakukan perburuan ini. Nah, seperti sudah disebutkan sebelumnya, anggota yang penakut ini dibutuhkan agar hantu dapat muncul dan tertangkap kamera.
“Orang yang takut itu mudah tersugesti. Hantu menangkap energi takut dari seseorang dan menampakkan wujudnya. Kalau kamu tersugesti kepikiran kuntilanak, maka si partner yang motret akan menangkap gambar kuntilanak. Jadi hantu itu wujudnya seperti apa yang kita bayangkan,” jelas Mickey.
Secara alamiah, kata Mickey, ketika memasuki lokasi yang seram untuk berburu foto hantu, energi akan banyak terkumpul di tempat tersebut. “Mata kita akan terasa seperti diarahkan ke salah satu sudut. Ketika mata kita mengarah ke salah satu sudut dan terasa tidak nyaman di sudut itu, kemungkinan (hantu) ada di situ,” sebutnya.
Dosen fotografi di Universitas Singaperbangsa Karawang ini melanjutkan, rumusnya adalah E=BW. E adalah energi dan BW adalah brain wave atau gelombang otak. Setiap manusia memiliki getaran otak yang disebut brain wave yang akan naik turun pada level-level tertentu.
“Jadi ada beberapa tingkatan gelombang, yang pertama adalah gamma yaitu ketika seseorang panik, galau. Kemudian ada gelombang beta. Ketika seseorang ditanya, merespons dia berada di gelombang beta artinya sedang fokus,” terang Mickey.
Di bawah gelombang beta adalah gelombang alpha. Ini adalah kondisi ketika kita sudah lelah. Dalam kondisi ini, orang mudah tersugesti macam-macam dan benturan dengan energi-energi lain.
“Orang penakut itu berada di gelombang alpha. Ketika kita berkomunikasi dengan normal, kita masih fokus, masih fit. Ketika di atas jam 9 malam misalnya, mungkin sudah lelah, nah itu adalah kondisi di mana kita menggunakannya untuk berburu foto hantu,” ujarnya.
Di bawah gelombang alpha, ada yang namanya gelombang delta. Gelombang delta, digambarkan Mickey adalah ketika seseorang sudah mengantuk berat. Saat itu dia sudah berada di gelombang paling rendah. Terakhir, ada gelombang theta.
“Gelombang theta adalah kondisi ketika seseorang lagi tidur. Orang kesurupan itu ada di gelombang theta. Dia gak sadar sama sekali apa yang dia rasakan,” tutupnya.
Sumber : detik.com