Labuhanbatu Utara, Ruangpers.com – Infrastruktur jalan utama yang menghubungkan 4 kecamatan di Labuhanbatu Utara (Labura), Sumatera Utara (Sumut), mengalami kerusakan sangat parah. Untuk menempuh jarak 50 km saja, warga bahkan sampai membutuhkan waktu 2 hari.
“Iya biasa itu, orang dua hari-dua malam baru sampai. Sampai jadi berondol itu, sawit itu,” kata seorang warga Kualuh Leidong, Nasrun Tanjung (50) kepada detikcom, Minggu (28/11/2021).
Nasrun mengatakan jalan yang rusak ini merupakan urat nadi perekonomian bagi warga Kecamatan Kualuh Leidong. Jalan tersebut merupakan penghubung Kualuh Leidong dengan 3 kecamatan lainnya, yaitu Kualuh Hilir, Kualuh Selatan dan Kualuh Hulu.
Kerusakan jalan di daerah ini tersebar di banyak titik sepanjang berpuluh-puluh kilometer. Buruknya jalan tersebut menyebabkan potensi ekonomi dari hasil perkebunan sawit yang luar biasa tidak bisa dimaksimalkan oleh warga.
“Ongkos mahal, harga sawit pun jadi murah. Motor (mobil) yang rusak banyak. Yang terguling, yang patah per, wah banyak lah. Ngeri betullah kondisinya,” ucap Nasrun.
Dia menyebut jika Kualuh Leidong sebenarnya daerah yang mempunyai potensi ekonomi luar biasa. Selain komoditas kelapa sawit, daerah ini juga merupakan salah satu lumbung beras di Sumatera Utara.
“Kalau disebut beras Leidong, orang pasti sudah tahu. Paling tidak di Sumut, pasti orang tahu beras Leidong,” ujarnya.
Nasrun mengatakan infrastruktur jalan di Kualuh Leidong berpuluh tahun belum pernah tersentuh perbaikan oleh pemerintah. Menurutnya, perawatan jalan selama ini hanya dari swadaya masyarakat. Itulah sebabnya jalan yang rusak, masih merupakan jalan tanah yang dikeraskan dengan batu. Jika musim hujan, jalanan ini akan menjadi becek dan berlumpur.
“Dulu ada dibuat palang (portal). Jadi setiap motor (truk pengangkut komoditi) yang lewat dikutip lah, entah limpul (50) atau entah berapa lah. Uang itulah yang nanti dibelikan batu atau petrun untuk yang berlubang,” kata Nasrun.
“Namun belakangan penjaga palangnya rupanya nggak jujur, banyak uang yang dimakannya, sampai marah masyarakat. Akhirnya tak ada lagi lah palang, tak ada uang untuk perbaikan. Akibatnya ini lah, jalan rusak,” tambahnya.
Jalan yang kondisinya memprihatinkan itu terdapat di Desa Teluk Pulai Luar, Sunge Dua, Air Hitam dan Kelapa Sebatang. Menurut Nasrun, di daerah ini satu titik kerusakan jalan bisa mencapai berkilo-kilo meter panjangnya.
“Dia di Teluk Pulai Luar ada 3 kilometer, terus Kelapa Sebatang-Sunge Dua sekitar ada 7 kilometer. Belum lagi Air Hitam,” ujarnya.
Nasrun berharap agar pemerintah mau memperhatikan daerah mereka. Baik itu pemerintah kabupaten, provinsi maupun pemerintah pusat.
“Rasanya sedih kalau mendengar Presiden Jokowi bangun jalan dimana-mana, sementara jalan di kampung kami berpuluh tahun kayak kubangan kerbau,” ucapnya.
Upaya konfirmasi telah dilakukan kepada Pemerintah Kabupaten Labura. Namun Bupati Hendriyanto Sitorus dan Sekretaris daerah Muhammad Suib belum menjawab pertanyaan yang diajukan.
Sumber : detik.com