Jakarta, Ruangpers.com – Media asing, ABC News, menyoroti kerugian besar yang diderita Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam operasi pembebasan pilot Susi Air asal Selandia Baru Phillip Mark Mehrtens di Papua Barat
Laporan media itu menyebut enam personel TNI gugur dan 30 lainnya hilang. Mehrtens disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua Barat di Nduga sejak Februari lalu.
ABC News, yang berbasis di Australia, melaporkan pada Selasa (18/4/2023), sebanyak 36 personel TNI sedang mencari Mehrtens di Nduga pada Sabtu pekan lalu ketika mereka diserang oleh KKB.
Puluhan personel TNI sebenarnya sudah mendekati lokasi penyanderaan Mehrtens. Laporan ABC News mengeklaim bersumber dari laporan militer Indonesia—yang menyatakan enam personel tentara gugur, dan 21 lari ke hutan, sementara satu tentara jatuh ke jurang yang dalam dan dinyatakan gugur. Pasukan yang mencoba menyelamatkannya kemudian diserang. Sembilan tentara ditahan oleh KKB, sementara satu lagi gugur. Namun juru bicara militer Indonesia di wilayah Papua Kolonel Herman Taryaman belum bisa memastikan berapa banyak korban di pihak TNI.
“Belum diketahui secara pasti berapa banyak tentara Indonesia yang gugur dan terluka,” kata Taryaman.
“Kami masih melakukan pencarian, tetapi hujan lebat, cuaca berkabut, dan kurangnya komunikasi menghambat upaya pencarian dan evakuasi kami.”
Juru bicara KKB Sebby Sambom mengatakan serangan itu sebagai pembalasan atas dua anggotanya yang tewas di tangan pasukan keamanan Indonesia pada bulan Maret.
Sambom mengatakan pasukannya telah menewaskan sedikitnya sembilan personel TNI dalam serangan Sabtu pekan lalu dan mendesak pemerintah Indonesia untuk menarik operasi militernya di Papua.
Dia mengatkan tawarannya untuk bernegosiasi atas penculikan pilot Susi Air dengan pihak pemerintah Indonesia dan Selandia Baru belum ditanggapi.
“Pemerintah Indonesia harus menghentikan operasi keamanannya di Papua dan bersedia bernegosiasi dengan para pemimpin kami di bawah mediasi pihak ketiga yang netral dari badan PBB,” katanya.
Juru bicara TNI, Laksamana Pertama Julius Widjojono, berpendapat operasi militer diluncurkan di Papua untuk menghindari kematian massal.
“TNI tidak pernah mundur satu kali pun dalam menjaga kedaulatan wilayah kita. Dan ini diterapkan secara konsisten di Papua,” kata Widjojono.
Pemerintah Selandia Baru mengatakan kesejahteraan pilot yang ditangkap adalah prioritas utamanya.
“Kami melakukan segala yang kami bisa untuk mendapatkan resolusi damai dan pembebasan yang aman bagi Mehrtens, termasuk bekerja sama dengan pihak berwenang Indonesia dan mengerahkan staf konsuler Selandia Baru,” kata seorang juru bicara pemerintah.
“Kami juga mendukung keluarga Mehrtens, baik di sini di Aotearoa maupun di Indonesia. Mereka telah meminta privasi pada saat yang sangat menantang ini.”
Sumber : Sindonews.com