Medan, Ruangpers.com – Suku Batak Toba memiliki kebudayaan serta tradisi turun temurun yang beragam dan masih dijalankan sampai saat ini. Salah satunya tradisi Horja Bius, adat musyawarah antar warga untuk menyelesaikan permasalahan guna menghasilkan kesepakatan bersama.
Lantas apa itu tradisi horja bius? Berikut detikSumut rangkum mengenai informasinya. Simak, yuk!
Asal-usul Tradisi Horja Bius
Dilansir dari laman resmi Badan Pelaksana Otorita Danau Toba, Horja Bius merupakan tradisi parmalim yang berusia ratusan tahun. Tradisi ini merupakan elemen dasar dalam sistem kelembagaan masyarakat Toba dalam menyelesaikan masalah dengan mengedepankan musyawarah.
Pada masanya, Horja Bius merupakan persembahan kepada leluhur Ompu Raja Sidabutar yang telah mendirikan Kampung Tomok, asal muasal marga Sidabutar di Danau Toba. Suku Batak Toba meyakini bahwa roh leluhur masih ada di sekitar mereka dan mengawasi serta menyertai keturunannya.
Melansir dari jurnal berjudul Tafsir Simbolik Upacara Horja Bius dalam Konteks Budaya Suku Batak: Kajian Sejarah oleh Devi Triana Purba, dkk, terdapat dua konsep tentang Horja. Pertama, Horja merupakan tingkatan struktural pemukiman. Kedua, Horja dipakai untuk mengistilahkan suatu jenis pesta adat besar yang melibatkan keturunan.
Horja sebagai tingkatan struktural pemukiman diartikan sebagai kelembagaan bagi etnis Batak Toba. Hukum adat bius diyakini berasal dan dibawa dari lembaga bius yang berawal di Sianjur Mula-mula, kampung awal suku Batak Toba yang dipercayai bahwa lembaga bius pertama kali berkembang di sana.
Bius dipimpin oleh seorang Raja Bius yang diberi nama Raja Parjolo memiliki makna sebagai raja yang diutamakan atau didahulukan. Bius memiliki fungsi untuk mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan malapetaka yang melanda warga.
Raja Bius adalah raja yang memimpin upacara dalam persekutuan bius dipilih dari setiap kumpulan Horja. Horja terdiri dari sejumlah huta. Horja dibentuk dari marga raja dan bentuk kerja sama antara keturunan raja setempat dan pendatang.
Sejarah upacara Horja Bius dapat dilihat kembali ke masa pra kolonial ketika suku Batak masih menjalankan tradisi dan hidup secara mandiri. Awalnya upacara ini merupakan bagian dari ritual adat untuk menyambut tamu penting atau merayakan peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Batak.
Makna Tradisi Horja Bius
Dilansir dari jurnal yang sama, upacara Horja Bius merupakan tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara. Upacara ini mencerminkan kehidupan, kepercayaan, dan nilai-nilai masyarakat Batak.
Dalam tafsir simbolik, Horja Bius diyakini melambangkan kebersamaan, keseimbangan, dan persatuan antara manusia, alam, dan roh leluhur. Upacara ini mencerminkan sistem kepercayaan suku Batak yang berpusat pada kekuatan alam dan kehidupan setelah kematian.
Simbol yang digunakan dalam upacara Horja Bius memiliki arti mendalam, seperti penggunaan pakaian adat yang mencerminkan keindahan dan kekayaan budaya Batak. Musik dan tarian tradisional yang mengiringi langkah-langkah dijalankan dengan penuh keindahan dan kekuatan.
Horja Bius juga melibatkan penggunaan simbol alam seperti air, api, dan tanah. Air melambangkan kesucian dan kehidupan yang terus bergerak.
Api melambangkan roh leluhur yang memberikan kehangatan dan perlindungan. Tanah melambangkan akar dan identitas suku Batak yang kuat dan berkelanjutan.
Sumber : detik.com