Simalungun, Ruangpers.com – Di setiap suku di Provinsi Sumatera Utara pasti memiliki tradisi-tradisi yang mereka jalankan di dalam kehidupan mereka, salah satu contoh tradisi tersebut ialah pengobatan tradisionalnya. Pengobatan tradisional ada sejak lama dimana pengobatan ini diturunkan oleh nenek moyang terdahulu dari generasi ke generasi.
Salah satu suku yang memiliki beragam metode pengobatan tradisional adalah suku Simalungun salah satunya dikenal dengan Tinuktuk. Suku Simalungun menyebutnya dengan Sambal Tinuktuk. Tinuktuk berasal dari kata ‘ti’ artinya ‘yang’, sedangkan kata ‘nuktuk’ merupakan kata kerja yang memiliki arti ‘tumbuk’, jadi arti tinuktuk sendiri ialah yang ditumbuk atau dihaluskan.
Tinuktuk merupakan makanan tradisional yang terbuat dari rempah-rempah yang semua bahan-bahannya ditumbuk bersamaan pada lesung kayu atau batu. Adapun bahan-bahan dari Tinuktuk adalah Jahe merah, kencur, lengkuas, bunglay/ lajak, temu mangga, andaliman, temulawak, lempuyang, wijen, combrang, sialagundis, bangun-bangun, akar lalang, kunyit, temu putih, bawang merah, bawang putih, merica, beras, sereh, daun kacang, kemangi, dan kecipir.
Mengutip dari booklet Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) berjudul ‘Tinuktuk Makanan Berkhasiat dari Ramuan Rempah-Rempah”, mengolah bahan-bahan tersebut untuk menjadi sebuah Tinuktuk tidaklah sulit.
Hal pertama yang dilakukan ialah bahan-bahan tersebut terlebih dahulu digongseng, lalu setelah digongseng ditumbuk atau digiling sampai halus lalu ditampi untuk mendapatkan serbuk halusnya. Setelah itu selanjutnya, buah incung ditumbuk, diperas dan hasil perasan tersebut menjadi cairan asam bagi Tinuktuk yang sudah jadi.
Awalnya Tinuktuk hanya dijadikan sebagai lauk untuk makan yang biasanya dimakan dengan pendamping rebusan sayur-sayuran. Tetapi setelah mengetahui Tinuktuk itu membawa dampak yang baik untuk kesehatan, maka Tinuktuk ini kemudian difungsikan sebagai obat. Karena Tinuktuk ini dipercayai memiliki khasiat yang tinggi dan mampu untuk menyembuhkan berbagai penyakit dalam, khususnya membantu pemulihan pasca melahirkan dan menghangatkan tubuh.
Tambar Tinuktuk atau yang lebih dikenal sebagai obat tinuktuk dalam bahasa Indonesia telah menjadi bagian integral dari pengobatan tradisional Simalungun sejak lama. Pada masa lalu, obat tinuktuk ini sangat tersedia dalam kehidupan sehari-hari masyarakat suku Simalungun.
Secara umum, setiap wanita yang baru saja melahirkan selalu disarankan untuk mengonsumsi obat tinuktuk, karena diyakini bahwa obat ini dapat membantu dalam pemulihan serta mengurangi rasa lelah dan kedinginan pasca melahirkan.
Pengobatan tradisional dengan menggunakan Tinuktuk memiliki jenis-jenis dan memiliki perbedaan tersendiri, semua tergantung pada bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatannya. Misalnya, Tinuktuk untuk penambah rasa selera makan yang biasanya dimakan bersama sayuran atau lauk pauk, bahan-bahan rempah yang digunakan ialah :bawang merah, bawang putih, lada hitam, jahe, kencur, wijen hitam, kemiri, jeruk nipis, garam, temulawak, lempuyang, dan andaliman.
Tinuktuk yang dipakai untuk menyembuhkan penyakit dalam, seperti sakit asma dan jantung bahan-bahannya menggunakan rempah-rempah, akar-akar tumbuhan, seperti : akar pohon bambu, akar pohon pisang, akar pohon nira dan lain-lain.
Sumber : detik.com