Medan, Ruangpers.com – Mangghuti Tandok adalah tradisi bagi suku Batak yang biasanya hanya dilakukan oleh kaum wanita saja. Tradisi ini biasanya dilaksanakan saat membawa hantaran dalam pesta adat Batak.
Prosesi Mangghuti tandok dilakukan saat melaksanakan pesta adat, seperti pesta mangadati, mangongkal holi (menggali tulang belulang leluhur untuk dipindahkan), adat tu na monding (adat orang meninggal), tardidi, ataupun syukuran hingga acara ulang tahun. Mangghuti tandok atau menjunjung tandok memiliki makna filosofis yang mendalam.
Biasanya saat menjunjung tandok akan diiringi dengan alunan musik gondang Batak.
Apa itu Tandok?
Tandok merupakan wadah penampungan beras atau padi yang terbuat dati anyaman bambu. Tandok ini selalu dibawa oleh kaum wanita pada saat pesta adat Batak berlangsung, dan diletakkan di atas kepala sambil manortor (tari tor-tor).
Tandok sendiri memiliki makna tentang kekeluargaan yang berarti memiliki hubungan yang erat dengan keluarga.
“Tandok selalu dibawa pada saat pesta adat dan selalu dijunjung di atas kepala, yang dapat menjunjung ini pun hanya perempuan batak saja,” kata Raja Parhata atau Tokoh Adat Batak, Dompak Marbun dalam keterangannya, Jumat (2/6/2023).
Menurutnya, tandok ini dulunya selalu identik dengan kegiatan wanita pada saat memanen beras di ladang dengan menggunakan tandok tersebut. Tidak hanya itu, tandok memiliki makna nilai keluhuran untuk menghormati Tuhan Yang Maha Esa karena sudah memberikan rezeki yang berlimpah melalui panen padi.
Baca Juga : Manulangi Natua-tua, Upacara Adat Batak Bentuk Balas Jasa ke Ortu
Tandok ini selalu identik dengan budaya suku Batak yang sejak dulu sudah melekat dengan budaya tanam dan memiliki nilai luhur.
“Tidak hanya nilai budaya saja, tapi tandok ini juga memiliki nilai luhur untuk menghormati leluhur dulu yang sudah mengenalkan budaya tanam dan menjadi sumber rezeki pada suku Batak,” tutupnya.
Sumber : detik.com