Medan, Ruangpers.com – Dalam pesta adat Batak seperti pernikahan, kematian dan kelahiran kerap dilakukan tradisi mangulosi. Ternyata tradisi ini punya arti penting loh!
Dilansir dari laman resmi Indonesia, tradisi mangulosi merupakan upacara adat Batak dengan proses mengalungkan kain ulos ke pundak orang lain. Ulos ini hadir dalam upacara pernikahan, kelahiran, bahkan kematian.
Adapun Ulos tak sekadar dipakai sebagai bagian dari busana. Lalu apa makna tradisi mngulosi bagi masyarakat Batak? Simak penjelasan di bawah ini.
Makna Tradisi Mangulosi dalam Adat Batak
Dikutip dari Jurnal karya Nana Fitri dari UIN Lampung, Ada beberapa makna dalam tradisi mangulosi yang sangat berpengaruh untuk orang-orang yang ikut serta. Berikut maknanya:
1.Sebagai tanda ikut memberikan dan mendapatkan berkat bagi yang mengadakan pesta, seperti si pemberi ulos dan yang diberikan ulos di pesta pernikahan. Adapun bisa menjadi doa dan harapan bagi kedua mempelai dari setiap tamu undangan terutama pihak parboru (keluarga dari mempelai perempuan) dan pihak paranak (keluarga dari mempelai laki-laki).
Pemberian ulos menjadi sebuah tradisi turun temurun yang harus dilakukan. Tak jarang pula, keluarga 2.yang tidak melakukan tradisi mangulosi mendapatkan sangsi sosial dari masyarakat terutama bila silsilah kekerabatan di antaranya masih dekat.
3.Mangulosi sebagai pertanda bahwasannya menghormati warisan dari nenek moyang.
4.Mangulosi sebagai ucapan terima kasih kepada pihak-pihak tertentu yang memiliki peranan dalam pesta tersebut.
Tradisi Mangulosi atau pemberian ulos juga memiliki makna sebagai lambang rasa kasih sayang dari hula-hula kepada boru (anak perempuan) yang biasanya diiringi dengan kata-kata doa restu atau pasu-pasu.
Dalam kebudayaan Batak, ulos bukan hanya kain biasa. Ulos memiliki nilai budaya yang tinggi di tengah masyarakat Batak. Setiap ulos terkandung harapan atau keinginan tertentu atau sinta-sinta dalam warna dan ragam hiasnya.
Dirunut dari sejarahnya, ulos bahkan punya makna memberi perlindungan dari segala gangguan. Ulos tertentu juga menunjukkan identitas, daerah yang membuatnya dan juga status sosial pemakai dan pemberinya.
Tata Cara Tradisi Mangulosi
Tradisi Mangulosi ini dapat dilakukan di rumah pengantin wanita atau di gedung. Bisa pula di depan gereja, karena biasanya tradisi ini dilakukan setelah pemberkatan di gereja.
Tradisi ini selalu dilakukan di halaman yang luas agar semua orang dapat hadir dan menyaksikan dengan seksama. Dalam Pelaksanaannya Mangulosi pun memiliki kesakralan tersendiri.
Karena dalam pelaksanaan ini dibutuhkan waktu yang lama agar dapat terlaksana dengan benar dan teratur. Dalam pesta adat Suku Batak Toba ini pun terdapat simbol-simbol yang dipercaya.
Simbol-simbol yang menghiasi pesta adat tersebut yakni sinamot, panyambutan, pemberian dan pembagian daging jambar, manortor, ulos dan mangulosi.
Proses mangulosi ini dimulai dengan pemberian ulos oleh orang tua mempelai wanita kepada pengantin dan memberikan nasehat, doa-doa pernikahan. Sambil diiringi musik gondang Batak dan tarian tortor.
Lalu setelah itu, diikuti proses pemberian ulos kepada pengantin dari pamannya beserta Istrinya dengan umpasa-umpasanya. Pemberian ulos ini sangat penting karena diberikan oleh keluarga yang terdekat dengan pengantin perempuan.
Proses mangulosi selanjutnya, dari pihak marga yang berkaitan dengan keluarga inti. Setelah proses ini, sambil tetap diiringi musik gondang, pihak pengantin perempuan memberikan uang sambil menari tortor.
Selanjutnya, ulos diberikan dengan marga lain yang berhubungan dengan keluarga pengantin. Proses ini akan berlangsung berulang-ulang hingga keluarga Tulang (pamannya) keluarga dari ibu pengantin perempuan.
Hal tersebut dibedakan karena tulang adalah sosok yang paling dihormati dan disayangi dalam silsilah keluarga. Sehingga jumlah uang sinamot yang diberikan haruslah berjumlah lebih besar.
Kemudian, kedua pengantin digiring untuk mengelilingi tempat pesta dengan melakukan putaran sebanyak tiga kali dengan keadaan ulos masih menyelimuti tubuh mereka dan sambil memegang ujung ulos agar tidak jatuh.
Sambil diiringi dengan gondang dan dituntun oleh pihak keluarga paranak. Lalu putaran terakhir kembali ke kursi pelaminan. Maka jadilah mereka berdua menjadi pasangan Batak Toba yang lengkap dan diakui secara tradisi.
Perkembangan Tradisi Mangulosi
Tradisi mangulosi hingga kini, masih menjadi upacara adat yang sangat penting dalam suku Batak. Pemberian ulos ini pun wajib dilakukan karena, tradisi nenek moyang ini punya pengaruh besar.
Tradisi ini masih hadir dalam perkawinan, kematian dan kelahiran anak baru masyarakat Batak. Bahkan tak jarang, pemberian ulos menjadi penghargaan dan penghormatan.
Seperti kepada presiden, wali kota, bupati dan pejabat-pejabat lainnya. Itu artinya Pemberian ulos dan seni ulos itu sendiri memang sudah dikenal secara nasional bahkan secara internasional.
Dalam perkembangannya yang dilansir dari laman Universitas Stekom, ulos juga tidak diberikan pada suku Batak saja, namun bisa kepada orang non-Batak. Karena bisa menjadi jimat (tondi) yang dipercaya bisa melindungi pengguna dari hal-hal jahat.
Sumber : detik.com