Jakarta, Ruangpers.com – Program Guru Penggerak angkatan kedua telah dimulai Selasa (13/4/2021) dan direncanakan berlangsung selama sembilan bulan. Program angkatan pertama sendiri telah dimulai Oktober 2020 lalu yang diikuti 2.460 peserta.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim menuturkan dalam kunjungan kerja ke beberapa daerah telah bertemu dengan sejumlah guru penggerak. Guru-guru tersebut menurut Nadiem sangat emosional menceritakan perubahan pola pikir setelah mengikuti program Guru Penggerak.
“Banyak guru-guru yang menangis di depan saya karena menyadari apa yang mereka ketahui sebelumnya itu sangat berbeda dari potensi perubahan mindset ini,” ujar Nadiem dalam acara Pembukaan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2 yang digelar virtual, Selasa (13/4/2021).
Nadiem mengatakan para guru yang ditemuinya mengaku mengalami perubahan paradigma dan pola pikir. Guru disebutnya menemukan inti dari ajaran filsafat Ki Hajar Dewantara seperti mengenai kemerdekaan berpikir dan keberpihakan kepada anak.
“Lalu mengenai guru yang baik adalah guru yang belajar, dan guru yang melakukan perubahan, guru yang memimpin perubahan, bukan hanya dalam ruang kelas tetapi dalam lingkungan sekolah, bahkan di masyarakat. Itu (semua) adalah esensi dari guru penggerak,” kata Nadiem.
Nadiem mengaku memeriksa sendiri dampak program Guru Penggerak ini ke beberapa daerah. Para guru ini lebih berani mengambil tindakan untuk keterpihakan kepada murid.
Tak hanya itu, menurut Nadiem, guru penggerak ini juga mampu berdiskusi dengan guru-guru lain. Mereka juga berani mengajak guru lain tampil di sosial media untuk mengundang dan mengajak guru-guru melakukan perubahan.
“Jadi cukup luar biasa sangat mengharukan bagi saya dan ini alasan mengapa harapan guru-guru penggerak akan menjadi wakil kepsek, kepsek, pengawas, dan bahkan petinggi-petinggi di dalam kementerian. Dan ini juga esensi daripada sistem pelatihan dari guru untuk guru dan gurulah yang akan mengajarkan guru-guru lain,” katanya.
“Guru penggerak menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan. Mereka menjadi influencer, mentor, coach, kepada guru-guru di sekitar mereka. Mereka mewujudkan profil pelajar Pancasila dalam diri murid-murid.”
Sementara itu, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Iwan Syahril menyatakan program Guru Penggerak memang ingin menghidupkan kembali pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, di ruang-ruang kelas, serta membangun sistem pendidikan Indonesia yang merdeka belajar dan selalu berpihak kepada murid-murid.
“Berpihak kepada murid inilah yang harus menjadi orientasi terutama setiap pendidik dan setiap pemangku kepentingan pendidikan Indonesia. Seperti yang diamanatkan oleh Ki Hajar Dewantara, 100 tahun lalu Ketika dirinya mendirikan Taman Siswa,” ujar doktor bidang Kebijakan Pendidikan, Michigan State University, Amerika Serikat itu.
Ki Hajar Dewantara menurut Iwan memiliki pandangan setiap pendidik itu haruslah bebas dari segala ikatan, suci hati untuk mendekatkan sang anak, dan tidak meminta suatu hak.
Karena itu program Guru Penggerak diinisiasi untuk mendorong program calon pemimpin-pemimpin pendidikan di masa depan yang berpusat kepada murid. “Memandang anak dengan rasa hormat. Sekali lagi fokus utama dan konsentrasi utama setiap guru adalah pada murid dan pembelajaran mereka,” ujar Iwan.
Sumber : detik.com