Bandung, Ruangpers.com – Badan Geologi memberikan beberapa rekomendasi kepada masyarakat di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, imbas terjadinya gempa bumi berkekuatan magnitudo 6.4 pada Senin, (29/8/ 2022) pukul 10:29 WIB.
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono dalam keterangan resminya mengatakan, daerah terdekat dengan lokasi pusat gempa bumi adalah Pulau Siberut bagian utara di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat. Morfologi daerah Pulau Siberut merupakan perbukitan bergelombang hingga terjal yang dikelilingi dataran pantai.
Daerah tersebut pada umumnya tersusun oleh batuan sedimen berumur Tersier, serta endapan Kuarter berupa batuan karbonat dan endapan aluvial pantai, sungai dan rawa. Sebagian batuan berumur Tersier tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter dan batuan berumur Tersier yang telah mengalami pelapukan bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
“Selain itu pada morfologi perbukitan terjal dan batuannya telah mengalami pelapukan berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi, ” jelas dia.
Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari BMKG, kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas zona penunjaman dengan mekanisme sesar naik berarah barat laut-tenggara dengan sudut landai (low angle).
Badan Geologi mengimbau masyarakat dihimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.
“Bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman, ” katanya.
Bangunan di Kabupaten Kepulauan Mentawai harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.
Oleh karena daerah pantai Kabupaten Kepulauan Mentawai tergolong rawan tsunami, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi tsunami melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Kejadian gempa bumi ini diperkirakan berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi. Bahaya ikutan tersebut diperkirakan dalam dimensi kecil.
Sumber : Okezone.com