Medan, Ruangpers.com – Terkuaknya kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang membuka fakta baru.
Kini, penyelidikan terkait kasus pembunuhan Tuti dan Amalia mengarah kepada isu pembunuhan berencana yang dilakukan oleh para tersangka.
Publik pun dibuat penasaran apakah pembunuhan ibu dan anak yang terjadi pada 18 Agustus 2021 lalu itu direncanakan atau tidak.
Mengingat para tersangka yang berjumlah lima orang adalah orang dekat korban, Tuti dan Amalia.
Mengenai dugaan perencanaan pembunuhan, kuasa hukum dari salah satu tersangka bernama Danu mengurai penjelasan.
Sebelumnya, penyidik Polda Jabar telah menetapkan lima tersangka dalam kasus rajapati yang menewaskan Tuti dan Amalia di Desa Ciseuti, Jalan Cagak, Kabupaten Subang.
Para tersangka adalah Yosef suami sekaligus ayah korban, Mimin istri muda Yosef, Danu keponakan sekaligus sepupu korban, serta Arighi dan Abi sebagai anak Mimin.
Kepada penyidik, Danu mengurai detail soal keterlibatannya dalam kasus pembunuhan tersebut.
Melalui kuasa hukumnya, Danu bercerita tentang detik-detik Tuti dan Amalia dihabisi Yosef dan dua anak tirinya, Arighi dan Abi.
Awalnya, Danu hanya disuruh untuk membantu Yosef ke TKP.
Pada tanggal 17 Agustus 2021 sekira pukul 21.00 Wib, Danu bertemu Yosef.
Di momen itulah Yosef mengurai curhatan soal keinginannya untuk memberi pelajaran ke istri dan anaknya.
Dalam curhatan tersebut terkuak bahwa Yosef diam-diam menyimpan dendam ke Tuti dan Amalia.
“Danu tahunya Y akan memberikan pelajaran kepada korban ini pada tanggal 17 Agustus 2021, malam sebelum kejadian jam 21.00 Wib. Danu dipanggil (Yosef) ‘Nu, kadieu, tolong bantu mamang, mamang mau kasih pelajaran’. (Yosef) curhat masalah yayasan, tidak diberikan uang (oleh korban),” ungkap Ahid Syaroni pengacara Danu dilansir TribunnewsBogor.com dari Youtube Heri Susanto, Jumat (20/10/2023).
Mendengar Yosef selaku pamannya curhat, Danu hanya menyimak.
Namun kala itu, Danu tidak menyangka bahwa maksud Yosef meminta bantuan adalah untuk membantu perkara pembunuhan.
“Tersangka Y curhat masalah rumah tangga, masalah yayasan, intinya dia kecewa berat dengan korban. Tersangka Y ini menyatakan dia akan memberikan pelajaran ke kedua korban dan Danu diminta membantu,” ujar Ahid Syaroni.
“Pemahaman Danu, memberikan pelajaran ya tidak sejauh ini, tidak sampai membunuh ini. Tahunya Danu tentang rencana itu ya di malam sebelum kejadian,” sambungnya.
Tiba di TKP, Danu masih bingung soal tugasnya di rumah Tuti dan Amalia.
Selama tiga jam Danu disuruh berjaga di depan rumah Tuti dan Amalia sementara Yosef berada di dalam.
Di momen itulah Danu melihat kedatangan Arighi dan Abi anak-anak Mimin.
“Danu disuruh oleh Y, jadi peran Danu memang disuruh oleh Y, tidak lebih, tidak ada hal lain,” pungkas Ahid.
Sementara itu terkait peran Mimin istri muda Yosef, Danu tahu sedikit.
Bahwa yang dilihat Danu, Mimin sempat membersihkan jenazah korban.
“Peran M menurut pengakuan Danu adalah M datang belakangan, setelah tindak pidana itu terjadi. M membersihkan jasad tubuh itu dengan air. Jadi bisa dibilang mungkin untuk menghilangkan jejak, sidik jari agar perkara ini tidak menjadi terang,” ungkap Ahid berdasarkan cerita Danu.
Diakui Ahid, Danu sejatinya tidak tahu persis kejadian pembunuhan Tuti dan Amalia.
Karena yang terus menerus berada di dalam rumah adalah Yosef, Arighi, dan Abi.
“Danu tidak tahu persis rencana (pembunuhan) kapan. Tapi kami melihatnya tindak pidana yang serapi dan sebersih ini pasti perlu proses untuk perencanaanya. Cuma Danu dikasih tahunya pas kejadian,” kata Ahid.
Pengakuan Mimin
Sementara Danu telah koar-koar soal kasus Subang, Mimin pun belakangan buka suara.
Dilansir TribunnewsBogor.com dari wawancara SCTV, Mimin tegas membantah keterlibatannya dalam pembunuhan Tuti dan Amalia.
Ditegaskan oleh Mimin, ia dan dua anaknya, Arighi dan Abi bahkan tidak kenal dengan Danu.
Karena hal tersebut, Mimin heran kenapa Danu bisa menyebut Mimin, Arighi, dan Abi.
“Saya dan anak-anak itu tidak ada keterlibatan dalam kasus ini. Bahkan kami di sini tidak kenal sama Danu. Tahu Danu itu pas di TKP,” pungkas Mimin.
Terus membantah, Mimin menyebut ia dan anak-anaknya ada di rumah saat kejadian pembunuhan berlangsung.
Selain itu, Mimin juga mengakui Yosef ada di rumah.
“(Waktu kejadian) ibu ada di rumah, Abi juga. Arighi ada di tempat kerja tapi sempat pulang dulu ke sini. Pak Yosef ada di sini,” ungkap Mimin.
Yosef Cairkan Rp200 Juta saat Berduka
Satu per satu, misteri kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang mulai terkuak.
Kasus ini kembali menjadi perbincangan publik setelah M Ramdanu alias Danu, keponakan korban bernama Tuti, akhirnya menyerahkan diri dan mengaku perbuatannya setelah lebih dari 2 tahun lamanya.
Kini, motif pembunuhan Tuti dan Amalia pun mulai terjawab.
Baru terungkap apa yang dilakukan Yosef setelah istri dan anaknya tewas, yang kata tersangka Danu, dibunuh olehnya.
Yayasan Bina Prestasi Nasional diduga menjadi alasan Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu dibunuh pada 2021 lalu.
Hal ini ditegaskan oleh pernyataan pengacara Muhamad Ramdanu alias Danu.
Pengacara Danu mengatakan, yayasan itu harus diselidiki agar motif pembunuhan ibu dan anak di Subang terungkap.
“Bongkar dulu yayasan, kalau sudah dibongkar baru ketahuan (motif kasus Subang),” kata Achmad Taufan.
Melansir dari TribunBogor (grup TribunJatim.com), Yayasan Bina Prestasi Nasional terletak di Curugrendeng, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang.
Yayasan itu terbentuk tahun 2009, dirintis oleh Yosef Hidayah dan istri mudanya, Mimin.
Mimin menjadi bendahara Yayasan Bina Prestasi Nasional selama 2 tahun. Posisinya kemudian digantikan istri pertama Yosef, Tuti Suhartini.
“Awalnya Yoris ketua yayasan sebelum terjadi pembunuhan. Yosef dewan pembina, Tuti bendahara, Amel sekretaris,” papar pengacara Yoris anak Yosef, Leni Anggraeni.
Selama menjabat, Tuti dan Amel mendapat penghasilan sebesar Rp 10 juta, Yoris Rp 10 juta.
Sedangkan Yosef, mendapat uang dari yang diberikan oleh Tuti.
Setelah terjadi pembunuhan ibu dan anak di Subang, Yosef Hidayah menempati jabatan sebagai Ketua Yayasan Bina Prestasi Nasional.
Sedangkan Yoris Raja Amarullah menjadi kepala sekolahnya.
“Kata Yoris, Mimin kesel kali minta uang teh harus ke mama terus kan mama bendahara. Mungkin yah,” kata Leni.
Informasi dari Yoris, kata Leni, sebagian staf di yayasan tersebut merupakan keluarga Mimin.
“Stafnya banyak keluarga bu Mimin” katanya.
Leni Anggraeni menerangkan kesaksian Yoris, tak ada proyek bernilai fantastis di yayasan tersebut.
Katanya, hanya ada pencairan dana BOS.
“Kalau setahu Yoris gak ada proyek (nilai fantastis). Tahunya ada dana BOS aja. Gak ada uang lain-lain, kalau pengakuan a Yoris,” kata Leni.
Dana BOS di yayasan tersebut cair dua atau tiga kali per tahunnya.
Nominalnya sekitar Rp 200 juta sampai Rp 300 juta sekali cair.
“Dari satu yayasan bisa Rp 1 miliar. Itu bukan uang (pribadi), buat sekolah, buat guru. Gak mungkin bisa di (mainkan) ini,” kata Leni.
Namun begitu Leni mengungkap kejadian tak biasa yang dialami kliennya, Yoris.
Beberapa waktu setelah pembunuhan ibu dan anak di Subang, Yosef mendadak meminta Yoris mencairkan dana.
Yoris yang masih dalam kondisi berduka ditinggal ibu dan adiknya, langsung naik darah pada Yosef.
“Ribut sama pak Yosef. ‘Belum ge mamah udah bahas uang’. Makanya sama Yoris gak mau ikut campur urusan uang. Ada pencairan oleh orang pak Yosef. Ada Rp 200 juta, Yoris gak ikutan,” katanya.
Yoris tak terima ketika suasana masih bersedih, Yosef justru sibuk mengurus uang.
“Udah ngomongin duit. ‘Yoris coba cairkan itu uang’. Ini kan lagi sedih,” kata Leni.
Kepada TribunnewsBogor.com beberapa waktu lalu, Yoris Raja Amarullah sempat mengaku dipaksa untuk kembali menjabat sebagai kepala sekolah.
“Ditarik lagi sama si papah (Yosef) soalnya papah maksa Yoris buat ngejalanin sekolah lagi dulu lewat Kades Jalancagak ya saya mengalah,” kata Yoris lewat pesan WhatsApp kepada TribunnewsBogor.com.
Ia mengaku sudah tak lagi menjadi pengurus Yayasan Bina Prestasi Nasional.
“Sekarang mah keluar dari yayasan jadi kepala sekolah,” kata Yoris.
Sumber : tribunnews.com